Penggugur Dosa dan Kesalahan
Bersama Pemateri :
Ustadz Anas Burhanuddin
Penggugur Dosa dan Kesalahan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, M.A. dalam pembahasan Wasiat Sughra Ibnu Taimiyah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 1 Rabi’ul Awwal 1444 H / 27 September 2022 M.
Kajian Tentang Penggugur Dosa dan Kesalahan
Pada halaqah yang sebelumnya telah kita kaji bersama sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan wasiat beliau untuk sahabat Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu ketika beliau akan berangkat ke negeri Yaman sebagai Dai dan perwakilan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di sana. Dimana Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepada beliau:
اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah engkau kepada Allah dimanapun engkau berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan akan menghapuskan keburukan, dan perlakukanlah manusia dengan perlakuan yang baik.” (HR. Tirmidzi)
Ini adalah wasiat yang agung dan sangat mencakup. Ini mengajarkan kepada kita bahwasannya seseorang muslim memiliki rencana A dan rencana B. Tidak hanya memikirkan rencana A, tapi juga tahu bagaimana harus bersikap ketika keadaannya tidak sesuai dengan harapan.
Rencana A bagi seorang muslim adalah bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan semampu dia, tidak jatuh dalam maksiat, bertakwa kepadaNya di manapun berada. Mengejar kesempurnaan adalah rencana A bagi seorang muslim.
Namun kadang-kadang kita menghadapi kondisi tidak ideal. Kadang-kadang meskipun sudah berusaha semampu kita, kadang-kadang masih jatuh dalam maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka di sinilah kita harus mengingat sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا
Jika kita jatuh dalam maksiat dan dosa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, jangan tenggelam dan keasikan di sana, tapi segera ingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian lakukan amal-amal shalih yang akan menghapuskan dosa dan maksiat kita itu.
Semakin baik dan besar amal shalih yang kita lakukan, maka dia akan semakin sempurna menghapuskan maksiat dan dosa yang sudah kita lakukan. Apalagi kalau kebaikan dan amal shalih ini sejenis dengan keburukan dan maksiat yang telah kita lakukan.
Hal-hal yang menghapuskan dosa
Ada beberapa hal yang bisa menghapuskan dosa kita.
1. Taubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Taubat ini merupakan penghapus dosa yang paling umum, paling mencakup dan yang paling besar. Yaitu dengan mengakui dosa kita, meninggalkan dosa kita, bertekad untuk tidak mengulanginya lagi dengan ikhlas dan saat waktunya masih terbuka.
Para ulama menjelaskan bahwasanya taubat itu definisinya bukan tidak mengulangi lagi, tapi bertekad untuk tidak mengulangi lagi. Berbeda antara “tidak mengulangi lagi” dengan “bertekad untuk tidak mengulangi lagi”.
Yang disebutkan oleh para ulama saat menyebutkan syarat-syarat taubat adalah bertekad untuk tidak mengulangi kesalahan dan dosa itu lagi. Dan bisa jadi setelah beberapa waktu hati kita kembali melemah kemudian jatuh pada kesalahan yang sama.
Kalau seseorang sudah bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia bertekad untuk tidak mengulangi, tapi kemudian seiring waktu dia jatuh lagi dalam kesalahan yang sama, di sini para ulama menyebutkan bahwasanya itu adalah dosa baru yang tidak menggugurkan taubat yang sudah dia lakukan.
Itulah yang dimaksud oleh para ulama ketika mereka dengan detail menyebutkan bahwasanya taubat itu bukanlah tidak jatuh dalam kesalahan yang sama, tapi bertekad untuk tidak mengulangi kesalahannya itu.
2. Beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (meskipun tanpa taubat)
Kita semuanya memahami bahwasanya yang paling sempurna adalah menggabungkan antara taubat dengan istighfar. Ini juga bisa kita sebut sebagai rencana A. Tapi jika dalam kondisi tertentu hati kita belum siap untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena berbagai hal, maka istighfar tanpa taubat juga bermanfaat dan bisa jadi Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa kita meskipun belum bertaubat. Hal ini karena kita masih terus beristighfar dan meminta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dijelaskan oleh para ulama bahwa ini bisa bermanfaat. Ini bisa menjadi rencara B untuk kita.
Jadi saat kita merasa belum siap untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka jangan sampai kita putus asa dari rahmat Allah, jangan sampai kita menyerupai para pelaku maksiat yang ketika jatuh dalam maksiat asik tenggelam berlama-lama di situ. Mereka lupa untuk beristighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena merasa belum siap untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena memang taubat itu lebih berat dibanding sekedar beristighfar.
Namun para ulama (termasuk Ibnu Taimiyah) dalam karya beliau ini menjelaskan bahwasanya beristighfar kepada Allah tanpa bertaubat kepadaNya juga adalah salah satu penggugur dosa. Ini adalah satu hal yang juga bermanfaat bagi seorang muslim.
Maka ketika barangkali kita belum bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau masih lemah dan belum kuat atau belum punya tekad untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, paling tidak kita tetap ingat bahwasanya kita punya tuhan yang Maha Pengampun, kita punya Rabb yang Maha Mengampuni dan menutup dosa-dosa, untuk kemudian kita meminta kepadaNya ampunan, beristighfar kepadaNya. insyaAllah Dia akan mengampuni dosa-dosa kita.
Namun para ulama juga menjelaskan bahwasanya istighfar dan taubat ini hendaknya benar-benar bertolak dari rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita membayangkan akibat buruk dosa, membayangkan betapa besar azab Allah kepada kita atas kesalahan-kesalahan itu, merasa tidak kuat dan takut dengan neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala, di saat yang sama hati kita belum kuat untuk bertaubat kepadaNya. Maka kita yang takut dengan azab dan hukuman Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta kepada Allah dengan beristighfar. Itu akan menolong kita, InsyaAllah.
Tentu bukan istighfar yang sekedar ucapan di mulut, istighfar yang tidak didasari rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini bukanlah istighfar yang bermanfaat untuk kita.
3. Amalan-amalan shalih yang menghapuskan dosa
Amal-amal shalih yg menghapuskan dosa, baik berupa kaffarah-kaffarah yang telah ditentukan, maupun kaffarah-kaffarah yang tidak ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Contoh yang telah ditentukan adalah kaffarah bagi orang yang bersenggama pada siang hari bulan Ramadhan. Ini adalah sebuah kesalahan besar saat seseorang sedang berpuasa di siang hari bulan Ramadhan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi menjelaskan bahwa ini dilarang, tidak boleh seseorang bersenggama di siang hari bulan Ramadhan tanpa udzur. Kalau sampai ada orang yang bersenggama pada siang hari bulan Ramadhan (meskipun itu dengan pasangannya sendiri), maka agama Islam telah menyiapkan hukum khusus untuk pelaku kesalahan besar ini dimana hukuman ini sekaligus sebagai penghapus dosanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
عن أبي هريرة رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه أتاه رجل، قال : يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ ، قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ؟ قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: هَل تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟ قَالَ: لَا، ثُمَّ جَلَسَ، فَأُتِي النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ. فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا، فَقَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا؟ فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا، فَضَحِكَ النَّبِيُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ.(متفق عليه)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasanya ada seorang pria yang datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kemudian beliau mengatakan: “Wahai Rasulullah, sungguh aku telah binasa.” Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan kepadanya: “Apa yang membuat engkau binasa?” Maka orang itu pun menjelaskan: “Aku telah menyetubuhi istriku di Bulan Ramadhan.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya: “Apakah engkau punya harta untuk membebaskan budak?” Beliau mengatakan: “Tidak.” Lantas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bertanya lagi (berpindah kepada kaffarah yang kedua): “Apakah engkau bisa berpuasa dua bulan berturut-turut?” Maka dia mengatakan lagi: “Tidak bisa, wahai Rasulullah.” Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kembali bertanya: “Apakah engkau punya makanan yang bisa diberikan kepada 60 orang miskin?” Beliau kembali lagi mengatakan: “Tidak.”
Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Duduklah!” Beliau pun duduk. Kemudian didatangkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wadah yang berisi kurma. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kemudian berkata: “Sedekahkanlah kurma ini untuk orang-orang miskin.”
Maka kemudian sahabat ini mengatakan: “Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat Kota Madinah dari saya.” Abu Hurairah berkata, “Maka Rasulullah pun tertawa sampai terlihat gigi geraham beliau. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Pergilah dan berikanlah makanan ini kepada keluargamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini adalah penjelasan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang apa saja kaffarah untuk orang yang melakukan kesalahan bersenggama pada siang hari di bulan Ramadhan.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini.
Download mp3 Kajian Penggugur Dosa dan Kesalahan
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52183-penggugur-dosa-dan-kesalahan/